Ini Wonomulyo: Kampung Jawa di Tanah Mandar
![1304078895407305005 1304078895407305005](http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/04/1304078895407305005.jpg)
Pendopo Wonomulyo sekaligus rumah jabatan Camat Wonomulyo
Mungkin di banyak daerah di Indonesia,
hampir ada etnis Jawanya. Tetapi tak semua daerah meninggalkan warisan
budaya Jawa. Saya Etnik Mandar tetapi saya terlahir di Kecamatan
Wonomulyo (Hutan Mulya). Mungkin saya lebih kenal budaya Jawa ketimbang
orang Jawa sendiri. Mungkin. Mengapa demikian?. Karena saya dikepung
orang Jawa. Jika sempat jalan-jalan ke kampungku, maka Anda takkan
hilang jika menyebut nama Wonomulyo. Wonomulyo telah ada sejak jaman
kolonial.
Orang Jawalah yang membuka “hutan” ini
menjadi sebuah kecamatan yang hiruk pikuk perdagangan rakyatnya. Lama
kelamaan Wonomulyo menjadi sentra bisnis yang menjanjikan. Pusat hiburan
dan makanan di Polewali Mandar. Hanya kelemahan Wonomulyo karena tak
punya laut. Lautnya sebetulnya ada tetapi jauh dari pusat kota Wonomulyo
yakni di Gresik (Ingat Gresik bukan yang di Jawa Timur yah, sempat Anda
berpikir Pabrik Semen Gresik).
Di Wonomulyo ini jugalah pertama
didirikan Radio Amatir Swasta yang namanya Radio Sawerigading FM yang
siarannya dapat menjangkau sampai Makassar di frekuensi 99,8 FM. Di sini
juga terdapat rumah makan yang banyak dikunjungi orang, namanya rumah
makan Nike Ardilla. hampir semua penamaan makanan dan minuman tertera
nama mendiang Nike Ardilla sang pelantun Bintang Kehidupan. Makanya di
sana ada minuman atau jus rasa Bintang Kehidupan. Saya saja orang di
sana, sering terkekeh-kekeh jika mampir di rumah makan Nike Ardilla dan
semua lagu yang diperdengarkan adalah album Nike Ardilla. Rumah makan
ini berdekatan dengan Hotel Andita Wonomulyo. Andita adalah singkatan
dari Andi Tadang.
Wah, unik-unik juga pertunjukan seni
etnis Jawa, sampai ada teman SMA-ku yang bernama Mugianto, ia rela makan
rumput dan kesurupan dalam pesta syukuran dengan acara Kuda Lumpingnya.
Ia berlari ke sana ke mari. Sayang sekali saya tak punya
dokumentasinya. Wih, betisnya kok dicambuk beratus-ratus kali sampai
cambuk itu bunyi praaaak praaaaaak praaaaak… mendesing.
Di Wonomulyo terdapat sebuah masjid
terbesar yang terletak di Kelurahan Sidodadi berdekatan dengan lapangan
Gaswon (Gabungan Sepakbola Wonomulyo). Masid Merdeka Wonomulyo, nama
masjid ini. Masjid tersebut sangat ramai dikunjungi orang dan tak
pernah berhenti direnovasi. Dan saya salut dengan Imam Masjid ini, jika
ingin bicara sesuatu selalu singkat, padat dan jelas. Contohnya:
Assalamu alaikum Wr Wb. Anak-anak tolong jangan ribut. Wassalamu alaikum
wr wb.
![13040781701843780272 13040781701843780272](http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/04/13040781701843780272.jpg)
Masjid Merdeka Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat
Kecamatan terpadat penduduknya di
Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat adalah Kecamatan Wonomulyo.
nama desa ataupun kelurahan banyak diambil dari nama-nama Jawa sesuai
asal transmigran, antara lain Keluarahan Sododadi, Bumiayu, Magelang,
Kediri, Sumberjo, Jogya lama, Jogja Baru, Kuningan, Kebun Sari,
Sidorejo, Sugih Waras dan masih banyak lagi.
Jadi, saya tak perlu ke Pulau Jawa.
Cukup di tempat kelahiranku muter-muter naik onthel atau motor butut,
aku sudah keliling Jawa. Mungkin satu-satunya daerah transmigran yang
memiliki pendopo dan di depannya ada alun-alun. Yah di tempat
kelahiranku itulah.
Kemudian, sebuah pasar di Wonomulyo
disebut oleh warga Bugis sebagai Pasar Kampo’ Jawa, orang Mandar
menyebut Kappung Jawa. Pasar ini dulunya merangkap sebagai terminal
angkutan darat roda empat maupun roda dua empat kaki alias bendi. Tapi
setelah terminal dipindahkan, pasar ini sudah tak terlalu ramai.
![1304079610487681335 1304079610487681335](http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/04/1304079610487681335.jpg)
Pasar Wonomulyo. Pasar ini ramai pada hari Ahad dan Rabu.
Pendopo Wonomulyo pernah mau dibongkar
tetapi diprotes oleh budayawan Mandar seperti Prof. Dharmawan, Mas’ud,
Husni Djamaluddin dan Azikin Nur. Unik, karena orang Jawa sendiri tak
ada reaksi. Pendopo tersebut menjadi pusat kegiatan dan menjadi rumah
jabatan Camat Wonomulyo. Di pendopo itu sering dilakukan seminar-seminar
dan rapat-rapat mahasiswa atau organisasi kepemudaan. Selain itu,
pendopo ini sangat ramai ketika menjelang 17 Agustus, malam lomba
lampion, pagi hari pawai dan di depan pendopo inilah dilangsungkan
pertandingan dan perlombaan berbagai cabang olahraga dan kesenian.
Etos kerja orang Jawa di kampungku tak
kenal gengsi. Pengaruh etos ini berdampak pada etnik Mandar. Kemudian,
orang Mandar dulu gak suka makan ikan lele. Orang Jawalah yang
“mengajari” makan ikan lele. Sekarang malah terbalik, ada orang Mandar
lebih Jawa dari Jawa. Kemudian, kawin-mawin antar suku Jawa dengan
etnik Mandar bukan hal baru lagi. Lucu terasa, jika keturunan kami
blasteran. Anak-anak kami kalau marah, mereka pakai ekspresi Mandar
tetapi gaya Jawa. Dan ekspresi Jawa dengan gaya Mandar. Ha ha ha.
Semoga suatu saat Anda berkunjung ke kampungku, Wonomulyo. Saya siap antar Anda keliling “Pulau Jawa”. Monggooooooooo…… Mas….
Posting Komentar